Siapa bilang pembokat atau pembantu rumah tangga itu gak punya pemikiran luas. Pembantu aku sebut saja mbak atik pernah bercerita tentang pengalamannya. Yang menurut aku pengalamannya tersebut mengandung kata mutiara yang apik.
Cerita berawal dari keluh kesah mamah yang ingin mencari guru ngaji. Mamah minta bantuan mbak atik untuk mencarikan. Kali aja dia punya tetangga atau kenalan yang handal ngajarin ngaji mamah. Akhirnya, mbak atik berhasil mendapat guru ngaji yang merupakan saudaranya sendiri. Mbak atik kemudian bertanya kenapa bukan sama guru ngaji yang dulu ngajar ngaji aku sama adik. Mamah kemudian menjawab kalau guru ngaji tersebut suka membandingkan adik ku dengan murid ngaji dia yang lain. Gak cuma soal kecerdasan tetapi juga masalah keberuntungan. Hal tersebut dinilai mamah ku gak layak. Jadi mengapa harus pakai jasa dia lagi?
Mbak atik ternyata juga memiliki pengalaman yang hampir sama dengan mamah ku. Mbak atik punya simbok yang selalu membandingkan anaknya dengan ponakannya yang lain. Mbak atik kemudian berbicara dengan simboknya kalau caranya tersebut bukan merupakan cara mendidik yang baik. Setiap anak itu punya kelebihannya dan kekurangannya masing-masing. Setiap anak diberikan rejekinya sendiri-sendiri. Cara membandingkan anak dengan anak lain yang lebih hebat belum tentu cara yang terbaik untuk memacu dia lebih baik. Sering terjadi anak tersebut justru down karena merasa tertekan. Setelah mbak atik berbicara hal tersebut dengan simboknya kemudian dia berbicara kejadian itu kepada suaminya. Suaminya tidak keberatan jika mbak atik berbicara hal tersebut dengan simbok.
Jadi siapa bilang pembokat itu cuma bisa nyapu, ngepel, nyuci. Tetapi dia juga punya pengalaman hidup yang bisa menjadi pelajaran kita semua dalam memahami kehidupan lebih baik lagi. Ada kalanya pengalaman yang ia alami merupakan cerminan dari permasalahan yang kita hadapi.