Suatu pagi saat berita selebriti di TV menyiarkan
tentang artis wanita yang berumur 19 tahun menikah dengan pemuda pandai, anak
seorang pejabat. Hidupnya bagai kalimat, “Happily Ever After.” Walau sempat
terlibat permasalahan mencari pasangan dengan keluarganya. Akhirnya artis
tersebut menemukan dambaan hatinya. Dimana pria tersebut berwajah tampan,
pandai, dan punya kemapanan finansial. Apalagi suaminya akan bersekolah ke
Inggris sehingga membuat si artis akan ikut suaminya. Mungkin tidak hanya di
Inggris. Si artis mungkin akan diajak suaminya tersebut melalang buana sampai
ke banyak negara.
Setiap ibu ingin anaknya memiliki nasib
yang sama dengan si artis. Tak terkecuali mamah ku. Dia menyindir aku dimana
artis saja yang berumur 19 tahun sudah dinikahi oleh seorang pria. Sedangkan
aku sudah berumur 25 tahun akan tetapi belum punya pacar. Dengan spontan aku
jawab, “Yah.. aku harus bekerja cari uang. Kalau langsung nikah tidak apa-apa
suami aku seorang yang tidak pelit. Nah.. kalau ternyata dapat yang pelit terus
dia suka marah-marah karena urusan finansial, nanti malah bisa jadi masalah
besar.” Pembokat aku yang lagi ngepel lantai kemudian ikut nimbrung. Dia
berkata kalau setuju dengan pendapat ku.
Pembokat aku tadi memiliki permasalahan
dengan suaminya di awal pernikahan. Permasalahan akan muncul kalau pembokat aku
tadi meminta uang untuk kebutuhan rumah tangga. Berhubung dia bukan orang
berada maka urusan finansial merupakan masalah yang sensitif. Pertengkaran
terus terjadi karena perkara tersebut. Keluarga yang mengetahui menasehati
pembokat ku tadi untuk kembali ke rumahnya saja. Akan tetapi hal tersebut
ditolak oleh pembokat aku karena memilih suaminya merupakan keputusan dia
sendiri dahulu. Sehingga konsekuensi yang ada akan dia tanggung. Sampai pada
akhirnya pembokat aku lebih memilih opsi lain yaitu bekerja sebagai pembantu.
Bekerja dinilai sebagai solusi yang efektif untuk membantu perekonomian
keluarga. Lambat laun ekonomi keluargnya menjadi lebih baik. Tidak segan
pembokat aku tadi ikut bisnis jualan pulsa untuk tambahan uang. Pertengkaran
yang sering terjadi diawal pernikahaan, saat ini sudah jarang terjadi dengan
solusi istri ikut bekerja.
Aku pikir opsi berpendidikan lebih tinggi atau bekerja lebih dahulu merupakan solusi yang efektif sebelum menikah. Dibandingkan harus terima menikah kemudian bergantung dengan finansial suami. Walau kata orang tua menikah pasti akan bahagia. Akan tetapi untuk kondisi saat ini bisa berbeda. Menurut aku, masalah pernikahan itu sulit. Kalau mental belum siap, finansial belum siap sampai segala tanggungannya belum dipikir matang malah bisa jadi masalah besar. Jadi lebih baik menikah saat kamu percaya dan yakin kalau sudah siap. Bukan berdasarkan dorongan dari orang lain. Yah.. mungkin urusannya berbeda kalau hidup aku ini secara tiba-tiba menjelma seperti kisah artis di berita selebriti tadi pagi yang menikah dengan pria ‘nampak’ sempurna. Tetapi aku yakin walau seperti itu, tidak mungkin mereka nantinya terbebas dari suatu masalah.