Sabtu, 31 Agustus 2013

Working Women

Suatu pagi saat berita selebriti di TV menyiarkan tentang artis wanita yang berumur 19 tahun menikah dengan pemuda pandai, anak seorang pejabat. Hidupnya bagai kalimat, “Happily Ever After.” Walau sempat terlibat permasalahan mencari pasangan dengan keluarganya. Akhirnya artis tersebut menemukan dambaan hatinya. Dimana pria tersebut berwajah tampan, pandai, dan punya kemapanan finansial. Apalagi suaminya akan bersekolah ke Inggris sehingga membuat si artis akan ikut suaminya. Mungkin tidak hanya di Inggris. Si artis mungkin akan diajak suaminya tersebut melalang buana sampai ke banyak negara.

Setiap ibu ingin anaknya memiliki nasib yang sama dengan si artis. Tak terkecuali mamah ku. Dia menyindir aku dimana artis saja yang berumur 19 tahun sudah dinikahi oleh seorang pria. Sedangkan aku sudah berumur 25 tahun akan tetapi belum punya pacar. Dengan spontan aku jawab, “Yah.. aku harus bekerja cari uang. Kalau langsung nikah tidak apa-apa suami aku seorang yang tidak pelit. Nah.. kalau ternyata dapat yang pelit terus dia suka marah-marah karena urusan finansial, nanti malah bisa jadi masalah besar.” Pembokat aku yang lagi ngepel lantai kemudian ikut nimbrung. Dia berkata kalau setuju dengan pendapat ku.

Pembokat aku tadi memiliki permasalahan dengan suaminya di awal pernikahan. Permasalahan akan muncul kalau pembokat aku tadi meminta uang untuk kebutuhan rumah tangga. Berhubung dia bukan orang berada maka urusan finansial merupakan masalah yang sensitif. Pertengkaran terus terjadi karena perkara tersebut. Keluarga yang mengetahui menasehati pembokat ku tadi untuk kembali ke rumahnya saja. Akan tetapi hal tersebut ditolak oleh pembokat aku karena memilih suaminya merupakan keputusan dia sendiri dahulu. Sehingga konsekuensi yang ada akan dia tanggung. Sampai pada akhirnya pembokat aku lebih memilih opsi lain yaitu bekerja sebagai pembantu. Bekerja dinilai sebagai solusi yang efektif untuk membantu perekonomian keluarga. Lambat laun ekonomi keluargnya menjadi lebih baik. Tidak segan pembokat aku tadi ikut bisnis jualan pulsa untuk tambahan uang. Pertengkaran yang sering terjadi diawal pernikahaan, saat ini sudah jarang terjadi dengan solusi istri ikut bekerja.

Aku pikir opsi berpendidikan lebih tinggi atau bekerja lebih dahulu merupakan solusi yang efektif sebelum menikah. Dibandingkan harus terima menikah kemudian bergantung dengan finansial suami. Walau kata orang tua menikah pasti akan bahagia. Akan tetapi untuk kondisi saat ini bisa berbeda. Menurut aku, masalah pernikahan itu sulit. Kalau mental belum siap, finansial belum siap sampai segala tanggungannya belum dipikir matang malah bisa jadi masalah besar. Jadi lebih baik menikah saat kamu percaya dan yakin kalau sudah siap. Bukan berdasarkan dorongan dari orang lain. Yah.. mungkin urusannya berbeda kalau hidup aku ini secara tiba-tiba menjelma seperti kisah artis di berita selebriti tadi pagi yang menikah dengan pria ‘nampak’ sempurna. Tetapi aku yakin walau seperti itu, tidak mungkin mereka nantinya terbebas dari suatu masalah.